Survei Transparasi International 2013 menyebutkan kepolisian Indonesia adalah lembaga terkorup di Asia Tenggara. Namun Wakil Ketua DPR Pramono Anung justru berpendapat bila dari semua lembaga di Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat dinilai sebagai lembaga yang paling sering disalahkan masyarakat ketika hal negatif terjadi, meskipun lembaga-lembaga atau instansi lainnya mempunyai hal yang lebih negatif. Dan menurutnya, media massa sangat berperan dalam membangun persepsi masyarakat. Obrolan dan opini masyarakat yang terbentuk tentu berdampak pada situasi sosial politik di Indonesia. "Misalnya contoh kasus korupsi yang melibatkan pemerintah, swasta dan DPR, pasti DPR pihak yang paling disalahkan dan terus-terusan diberitakan," demikan menurutnya yang disampaikan di Jakarta, Selasa (23/7/2013). Juga menurut Pramono, masyarakat banyak mengarahkan tudingan negatif lebih kerap kepada DPR sebagai gambaran bila ketidak percayaan masyarakat kepada partai politik yang sudah sangat tinggi. "Media menurut saya juga membantu (membentuk persepsi itu), karena berita baik tentang DPR tidak menarik," demikian katanya menambahkan. Dalam era demokrasi seperti saat ini, media sosial seperti Facebook, Twitter dll sangat berperan penting. Media massa dan publik menjadi pengontrol utama atas suatu isu. Akhirnya bila ada satu saja anggota DPR tertidur ketika rapat akan menjadi berita yang bertubi-tubi dan mengundang minat masyarakat dengan cepat. Bahkan menurut Pramono, media massa dan publik telah menjadi kekuatan yang dominan yang dapat menentukan banyak hal. "Siapa yang menjadi referen publik saat ini, dia mau dijadikan anggota DPR, Menteri, maupun Presiden dan Wakil Presiden, publik dan media lah yang menentukan," ujar dia. Apa yang disampaikan oleh Pramono Anung memang ada benarnya, hal ini terjadi juga dengan apa yang terjadi pada Jokowi dimana pemberitaan media yang bertubi-tubi membuat sosok Jokowi melejit dengan cepat. Dan ketika terjadi peseteruan dengan DPRD, kembali DPRD yang memang paling banyak disalahkan oleh masyarakat. Bagaimana tidak, image DPR memang saat ini dalam titik nadir. Banyaknya anggota yang bolos ketika rapat, anggota DPR yang tidur ketika rapat, terlalu banyaknya wacana dan lips service yang disampaikan, perjalanan ke luar negeri yang dilakukan oleh DPR, dan banyak lagi hal lainnya semakin panjang menambah daftar kejelekan dari DPR di mata masyarakat. Sebagai lembaga legislatif di negeri ini, DPR dinilai gagal oleh masyarakat dalam memperjuangkan dan mewakili kepentingan Rakyat yang semestinya. Dengan banyaknya hal-hal negatif yang dipertontonkan oleh anggota DPR, dengan dibantu oleh media massa di era informasi ini, semua berita dengan sangat cepat menyebar dan bisa sampai ke berbagai lapisan masyarakat dengan mudah. Dan akhirnya memang, masyarakat akhirnya bisa melihat dengan jelas bagaimana wakil-wakil rakyat mereka berprilaku di gedung rakyat dan masyarakat pula yang akhirnya membentuk image DPR sebagai lembaga paling bermasalah di negeri ini. Namun dari realita yang ada, sebenarnya masyarakat tidak hanya mempunyai pandangan negatif terhadap DPR saja tapi hampir pada semua level instansi di negeri ini mendapatkan penilaian yang negatif. Polisi, kehakiman, pemda sampai ke level pemerintahan yang paling rendah yaitu tingkat RT, sepertinya saat ini sudah tidak ada lagi yang selamat dari kerusakan yang masif. Pendapat Pramono Anung di atas seolah-olah hanya memberikan bensin kepada api yang sudah menyala, pernyataan tersebut hanya seperti rajukan anak kecil yang merengek minta belas kasihan dari orang lain dengan menjadikan diri seolah menjadi korban. Lagi-lagi, apapun yang DPR lakukan selalu negatif bukan? haha(nm) Sumber: Berbagai sumber
2 comments:
politik sekarang udh tidak berjalan sesuwai dengan nama nya dan tugas nya untuk membentuk negara yang demokrasi dan adil dan bijaksana
tapi para oknum malah merubah politik ini sebagai alat yang jitu untuk mendapatkan satu kekuasaan
politik untuk para kaum kapitalis dan borjuis adalah sejata paling ampu untuk mendapat kan kekuasaan
Post a Comment