Ketika Hukum Tak Bisa Tegak di Bumi Pertiwi
Publik baru-baru ini kembali diberikan tontonan tak sedap ketika di bulan yang katanya penuh berkah ini, disuguhkan oleh adegan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang merupakan buah dari ketidak tegasan pemerintah sendiri yang telah terjadi sekian lama. Apalagi jika bukan kasus anarkisme Front Pembela Islam(FPI).
Publik baru-baru ini kembali diberikan tontonan tak sedap ketika di bulan yang katanya penuh berkah ini, disuguhkan oleh adegan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang merupakan buah dari ketidak tegasan pemerintah sendiri yang telah terjadi sekian lama. Apalagi jika bukan kasus anarkisme Front Pembela Islam(FPI).
Pembiaran Ketidak Adilan
FPI yang selama ini terkenal sebagai kelompok Islam aliran keras telah melakukan gerakan-gerakannya seperti sweeping dan penertiban lingkungan dengan caranya sendiri untuk waktu yang sangat lama. Kadang dalam melakukan tindakannya, dengan didukung oleh puluhan atau ratusan anggotanya, mereka menggunakan kekerasan dalam memerangi "hal yang tidak benar" menurut kaca mata pandang mereka. Katakanlah pengrusakan tempat-tempat maksiat seperti tempat prostitusi, penjual minuman keras, dan lain-lain kerap menjadi sasaran dari FPI.
Dengan aksi-aksi yang dilakukan seperti main hakim sendiri dan tidak adanya tuntutan hukum terhadap aksi anarkisme mereka, terlihat bila pemerintah seperti melakukan pembiaran atas aksi-aksi yang mereka lakukan. Akhirnya mau tidak mau aksi dari FPI akan menimbulkan resistansi yang seimbang atas tindakan yang mereka lakukan. Publik menjadi resah dan FPI mendapatkan stigma negatif dari masyarakat yang moderat.
Pemerintah sendiri yang diwakili oleh polisi terkesan tidak mampu untuk menegakkan keadilan dan hukum. Tempat-tempat prostitusi dan penjual minuman keras terlihat bebas melakukan aktifitasnya. Polisi sendiri terlihat seperti kurang tanggap dan publik menilai aparat melakukan tebang pilih terhadap suatu keadaan. Ketidak tegasan dari aparatur negara inilah yang akhirnya membuat sekelompok masyarakat gerah sehinggan muncullah fenomena FPI ini. Publik pun kembali heran dengan leluasanya FPI melakukan tindakannya secara anarkis.
FPI Mendapat Dukungan Dari Pemerintah?
Dan keheranan masyarakat ini terjawab ketika sebuah bocoran rahasia mengemuka disitus wikileaks, sebuah situs yang kerap memunculkan dokumen-dokumen rahasia suatu negara kepada publik. Dalam dokumen yang direlease tahun 2011 tersebut dikatakan bila FPI - menurut seorang agen BIN yang bernama Yahya - mendapatkan dukungan dana dari kepala BIN waktu itu yaitu Jenderal Sutanto. Hal itu dikatakan Yahya kepada duta besar Amerika pada waktu itu. Juga dalam dokumen tersebut diketahui bila FPI dekat dengan mantan pejabat tinggi polisi Jenderal Nugroho Djayusman.
Menurut dokumen tersebut, FPI digunakan sebagai tool atau alat oleh kepolisian untuk melakukan intimidasi dan gerakan-gerakan kekerasan lainnya yang diperlukan untuk melakukan penertiban tehadap suatu masalah. Hal itu perlu dilakukan mengingat kepolisian tidak bisa melakukan aksi intimidasi tersebut yang bila dilakukan akan menyerempet dengan pelanggaran HAM.
Hal ini dintentang dengan keras oleh jubir FPI yaitu Munarman yang menyatakan bila wikileaks hanyalah agen Amerika. Dia pun mempertanyakan keabsahan dokumen tersebut mengingat wikileaks sama sekali tidak pernah membocorkan dokumen-dokumen dari Israel. Meskipun mendapatkan sanggahan, dokumen yang bocor ini seolah menjadi benang merah mengapa FPI leluasa melakukan tindakan anarkisnya hingga saat ini.
Hal ini dintentang dengan keras oleh jubir FPI yaitu Munarman yang menyatakan bila wikileaks hanyalah agen Amerika. Dia pun mempertanyakan keabsahan dokumen tersebut mengingat wikileaks sama sekali tidak pernah membocorkan dokumen-dokumen dari Israel. Meskipun mendapatkan sanggahan, dokumen yang bocor ini seolah menjadi benang merah mengapa FPI leluasa melakukan tindakan anarkisnya hingga saat ini.
Buah Simalakama
Namun aksi sepihak dari FPI ini akhirnya mencapai puncaknya ketika mendapatkan perlawanan dari masyarakat. Aksi sepihak FPI mendapatkan resistansi di masyarakat ketika mereka melakukan sweeping di lokalisasi di daerah Kendal. Seorang ibu tewas tertabrak oleh mobil anggota FPI dan mobil itu akhirnya hancur dibakar massa. Puluhan anggota FPI tersudut dan berlindung di dalam masjid Kendal yang dikepung oleh ribuan masyarakat yang marah atas aksi sepihak FPI. Beruntung polisi bisa meredam dan bisa mengungsikan anggota FPI tersebut ketempat yang aman sehingga bentrokan bisa dihindarkan.
Dengan kejadian terakhir ini membuat isu ini kembali memanas. Presiden SBY yang baru saja mendapatkan penghargaan dari Appeal of Conscience Foundation sebagai pemimpin yang berhasil menjaga tolerensai beragama di negeri ini mau tidak mau turun tangan untuk meredam. Dalam pernyataan di situs sosial Facebook, SBY menyayangkan tindakan anarkis FPI dan menghimbau agar FPI mencontoh syiar lembut yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW. SBY menyatakan bila mahin hakim sendiri atas nama agama itu memalukan Islam.
Namun FPI malah berang, dengan berani pimpinan FPI Habib Riziq membantah dengan pedas bila apa yang terjadi di Kendal adalah bentrok antara FPI dengan preman-preman yang ada di wilayah tersebut. Banyak anggota FPI yang katanya tidak membawa alat terluka oleh sabetan senjata tajam "preman" tersebut, meskipun dari fakta yang ada terlihat "preman" tersebut berjumlah ribuan orang. FPI pun dengan berani mencemooh kepala negara yaitu presiden sebagai pecundang!
Pemerintah pun sulit untuk melakukan tindakan meskipun UU ormas telah ada. Bila pemerintah melakukan pembubaran terhadap FPI, beberapa pengamat menilai justru tindakan tersebut malah akan membuat militansi kelompok pendukung FPI semakin meningkat. Pembiaran yang dilakukan sekian lama oleh pemerintah akhirnya berbuah dengan semakin mengakarnya dukungan FPI di berbagai daerah. Melakukan pembubaran terhadap FPI memerlukan ketegasan dan keberanian yang tidak dimiliki oleh SBY.
Belum lagi dengan konstelasi politik yang mendekati pileg dan pilpres 2014, pemerintah akan berusaha hati-hati mengeluarkan kebijakan yang tidak populer demi tentunya kepentingan politik di tahun 2014. Dengan pendukung FPI yang mulai banyak di akar rumput, bila tindakan pembubaran dilakukan oleh pemerintah bisa menyebabkan konflik horizontal yang tidak diinginkan. Apa yang terjadi saat ini menjadi buah simalakama dan membuat posisi pemerintah serba salah.
Tidak akan ada Perubahan Signifikan
Dengan melihat track record dari pemerintah terutama rekam jejak SBY sendiri, masyarakat menilai bila apa yang terjadi sekarang lambat laun akan tenggelam dengan sendirinya dalam carut marut opera politik di negeri ini. Ketidak konsistenan pemerintah dalam menegakkan keadilan dan memberantas penyakit di masyarakat akan selalu menimbulkan tindakan sepihak dari sebagian anggota masyarakat yang geram dengan kondisi yang ada. Keadaan ini seperti lingkaran setan yang sulit untuk berubah kecuali ada tindakan yang tegas dan berbeda dari pemegang tampuk pimpinan negeri ini.
Bila pemerintah masih saja plin-plan dan galaw dalam mengarahkan negeri ini, bila anggota legislatif masih saja sibuk terjebak dalam dialektika politik yang tak berkesudahan di gedung rakyat sana hanya untuk mementingkan kelompoknya sendiri, bila para pejabat masih bebas melakukan korupsi, bila aparatur penegak hukum masih tebang pilih terhadap pelaku-pelaku ketidak adilan, jangan harapkan adanya perubahan di negeri ini. Perlu sebuah tindakan radikal yang tentunya banyak memakan korban untuk melakukan perbaikan di negeri yang telah rusak disegala sendi ini. Kapan hal itu bisa dilakukan? Masyarakat hanya bisa berharap sambil terus berusaha mencari sesuap nasi.(nm)
0 comments:
Post a Comment