Elektabilitas Jokowi memang saat ini sangat tinggi, bahkan bila dibandingkan dengan Prabowo pun kalah, namun ternyata banyak warga yang mengharapkan bila Jokowi tetap untuk konsentrasi mengurus tanggung jawabnya yang sekarang sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Referensi:
Merdeka.com
Tempo.co
Kompas.com
Youtube.com
Di antara mereka malah ada pula yang berani dengan terus terang mencibir bila hasil yang didapat oleh Jokowi sekarang adalah buah dari sering diliputnya beliau oleh media. Memang saat ini oleh para pengamat Jokowi dianggap sebagai icon atau media darling yang nilai jualnya sangat tinggi. Dengan gaya kepemimpinannya yang jarang dimiliki oleh para pemimpin Indonesia pada masa kini, rakyat bisa melihat Jokowi sebagai perwakilan mereka sebagai lelaki yang tampilannya sederhana yang merakyat berbeda jauh dengan para elit politik yang seakan menjauh dari rakyat dan penuh dengan intrik politik dan korupsi.
ELEKTABILITAS JOKOWI DI MATA POLITIKUS
Tentu saja di negeri yang menganut demokrasi ini semua orang bisa berpendapat lain. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf yang biasa dipanggil Gus Ipul contohnya, dia menyindir bila Jokowi hebat hanya dari sisi pemberitaan saja. Menurutnya, Pak Karso sudah terbukti sebagai gubernur terbaik di Indonesia, sedangkan Jokowi itu baik di sisi pemberitaan saja dan belum tentu baik kinerjanya. "Itu luar biasa pemberitaan pers. Pak Jokowi bisa hebat saat diberitakan di media massa. Yang tidak bekerja bisa terlihat bekerja, sementara yang bekerja tidak terlihat kerjanya," demikian komentar Gus Ipul yang pernah menjabat sebagai Menteri Pengentasan Daerah Tertinggal pada masa pemerintahan Gusdur ini terhadap Jokowi.
Hal ini justru terlihat seperti kontradiksi dengan fakta dimana Jokowi menjadi walikota terbaik ketiga dunia versi Yayasan Wali Kota Sedunia (The City Mayors Foundation) yang menyisihkan 910 kandidat dari seluruh dunia. Menurut yayasan ini, Jokowi berhasil merubah Surakarta dari kota yang rentan kriminalitas menjadi pusat budaya dan seni yang menjadi tujuan wisata.
Selain dari pejabat negara, pendapat miring mengenai Jokowi juga muncul dari pengamat politik UI, Iberamsjah. Menurutnya, lagi-lagi media yang membuat Jokowi menjadi berpeluang untuk menuju capres karean sebelumnya Jokowi tidak masuk dalam bursa capres. Menurut guru besar UI ini, Jokowi masih belum bisa dinilai berhasil, malah cenderung masih sangat berantakan. Dia mengambil contoh bagaimana beberapa petugas pintu air masih belum mendapatkan gajinya. "Jadi intinya itu Jokowi tidak usah memikirkan elektabilitas untuk menjadi presiden, konsentrasi saja urusi Jakarta sesuai dengan janji-janji kampanye," tegasnya.
Memang di media saat ini sedang santer berita bagaimana ahok marah-marah karena sampah di pintu air Sunter tidak juga diangkat juga. Ternyata setelah ditelisik, para pekerja di pintu air Sunter ini ternyata adalah tenaga outsourcing atau swasta yang bukan dari bagian pemprov DKI.
Para politikus juga tidak ketinggalan menyampaikan kritiknya terhadap Jokowi. Dari Gerindra yang juga adalah partai pendukung Jokowi, Martin Hutabarat menyatakan bila Jokowi supaya konsentrasi saja terhadap tanggung jawabnya sekarang sebagai Gubernus DKI Jakarta. Dia menilai perjuangan PDIP kemarin bukan untuk meloloskan Jokowi jadi presiden, tapi sebagai pemimpin Jakarta saja. Tentu saja pernyataan dari Gerindra ini tidak bisa dibilang netral mengingat sebagai kader Gerindra, dia harus mendukung capres dari Gerindra yaitu Prabowo yang saat ini mempunyai peluang terbesar dalam capres tidak terganggu.
Dari PDIP sendiri dimana partai Jokowi berasal juga mengatakan hal yang sama. Setidaknya satu orang politikus disana bernama Maruarar Sirait berkata, "Dia memang sederhana, merakyat, bersih, tapi kerja di pemerintahan Jakarta ini yang harus jadi ajang pembuktian. Terlalu prematur untuk menentukan capres saat ini, atau dalam waktu dekat. Kita melihat perkembangannya saja," kata Maruarar. PDIP memang mempunyai calon yang sedari dulu masih berusaha untuk terus dimajukan menjadi capres yaitu Ibu Megawati, dan sampai saat ini PDIP terlihat masih menggantung dalam menentukan capresnya.
Tidak seru bila kita tidak mengambil pendapat dari lawan politik PDIP yaitu Partai Demokrat. Sedikit saja komentar dari tokoh sentral Partai Demokrat yaitu Sutan Bhatoegana. Dia berkata, "Saat ini tinggi (popularitas dan elektabilitas Jokowi), 8 bulan ke depan enggak tahu," ujar Sutan yang memprediksi bila dalam 8 bulan Jokowi akan terlihat akan hancur.
DUKUNGAN RAKYAT TERHADAP ELEKTABILITAS JOKOWI
Namun demikian, memang dari fakta yang ada, elektabilitas Jokowi seandainya beliau maju sebagai presiden akan dengan mudah meraihnya. Banyak warga yang berpendapat bila negeri ini sudah hancur dan dari bursa capres yang ada, tidak ada figur yang bisa dijadikan sebagai pilihan. Rakyat menginginkan wajah baru dan menurut mereka Jokowi lah jawabannya. Jokowi sendiri sudah berulang kali menyatanan bila dia tidak mempunyai pikiran untuk maju kesana, memikirkan macet dan banjir Jakarta saja sudah pusing, apalagi memikirkan Indonesia yang sudah hancur dibanyak lini ini.
Nyatanya, rakyat tidak peduli. Rakyat sudah muak dengan kondisi yang ada sekarang dimana kondisi Indonesia benar-benar dalam keadaan jelek. Banyak warga yang menyatakan meskipun mereka selama ini golput, tapi bila Jokowi maju menjadi capres, mereka jamin akan ikut dalam perhelatan demokrasi terbesar ini. Warga yang tidak menyukai PDIP sebagai kendaraan politik Jokowi pun sama mengamininya. Menurut mereka, mereka tidak peduli dengan partai mana Jokowi berasal. Sebagian warga juga berargumen bila Jokowi tidak naik sekarang, maka Indonesia 5 tahun lagi akan tambah hancur. Dan 5 tahun kedepan ketika Jokowi nyapres semuanya telah terlambat. Demikian setidaknya penulis lihat dari komentar-komentar yang ada di kolom-kolom media dan youtube.
Meskipun demikian, ada benang merah yang bisa ditarik dari kondisi yang ada. Para lawan politik akan tetap berusaha memuluskan capresnya masing-masing untuk terpilih dengan lancar. Dan dari fakta yang ada, juga kita akui gaya kepemimpinan Jokowi berbeda dengan kebanyakan elit saat ini, dan gaya kepemimpinan ini yang dirindukan rakyat selama ini. Namun tahun 2014 masih beberapa bulan kedepan, kita lihat saja bagaimana politik di Indonesia ini terus berjalan. Semoga saja yang terbaik tetap untuk Indonesia.(nm)
Referensi:
Merdeka.com
Tempo.co
Kompas.com
Youtube.com
0 comments:
Post a Comment