Sunday 14 July 2013

KENAIKAN HARGA BARANG JELANG RAMADAN, SIASAT LICIKKAH?

kenaikan+harga+barang+pangan
KENAIKAN HARGA BARANG JELANG RAMADAN - Lagu lama yang selalu diputar setiap tahunnya adalah kenaikan harga-harga barang kebutuhan konsumsi menjelang hari-hari besar Nasional terutama momentum Ramadan dan Idul Fitri. Klaim pedagang terhadap kenaikan konsumsi masyarakat menjelang Ramadan dan Idul Fitri pada umumnya bagaikan ayam dan telur. Mengapa demikian? Mari kita simak tulisan berikut ini hasil pengamatan nara sumber kami dilapangan, khusus kami sajikan buat Sahabat Obrolan Politik.

Kekhawatiran masyarakat terhadap kenaikan harga pada Ramadan setiap tahunnya memicu masyarakat mempersiapkan diri dengan berbelanja kebutuhan pokoknya lebih awal dari seharusnya. Akibatnya pedagang merespon dengan menaikkan harga karena 'meningkatnya' demand. Peningkatan ini sejatinya hanya kesemuan yang sesaat saja. Namun meningkatnya harga dihantui kelangkaan stok barang justru bergulir bagaikan bola salju dimana masyarakat kemudian dihantui kekhawatiran hilangnya stok barang di pasaran. Sehingga masyarakat meresponnya dengan membeli lebih banyak dari kebutuhannya yang sebenarnya.

KONSUMSI MENINGKAT SAAT RAMADAN, BENARKAH?
‘Peningkatan’ kebutuhan menjelang Ramadan juga dapat ditimbulkan oleh semakin banyaknya masyarakat yang berdagang dalam pasar kaget yang digelar setahun sekali selama masa Ramadan. Mereka yang sejatinya bukan berdagang makanan justru mengambil kesempatan untuk berjualan.
Benarkah konsumsi umat muslim meningkat pada bulan Ramadan? Secara logika kapasitas perut orang tidak bertambah, mengapa kebutuhan justru meningkat? Tidak logis, bukan?

Umumnya pedagang libur panjang pasca lebaran idul fitri dimana masyarakat Indonesia umumnya memanfaatkan momen tersebut dengan silaturrahim ke keluarga masing-masing. Libur panjang inilah momen tuk mengurai stok barang tersebut.

Kondisi kenaikan harga-harga barang belum terlihat ditangani secara serius oleh pihak berwenang. Operasi pasar pejabat berwenang jadi ajang kucing-kucingan saja dengan pedagang. Daftar harga barang yang diterbitkan pihak terkait terhadap harga-harga barang konsumsi dipasar bagaikan mimpi indah saja. Sebab harga transaksi ril, justru lebih tinggi dari harga tersebut.

Tidak ada yang mengendalikan harga di pasaran. Semua diserahkan kepada mekanisme pasar. Hingga tak heran kalau rakyat menjerit menghadapi naiknya kebutuhan pokok dan tak ada yang mengaturnya.

UPAYA PEMERINTAH KENDALIKAN HARGA BARANG

Dilain situasi, produk pertanian lokal menghadapi simalakama dilematis dimana musim tanam diwarnai kenaikan harga pupuk atau bahkan hilangnya pupuk dipasaran sedangkan musim tanam diwarnai anjloknya harga panen. Pihak berkuasa harus berani memberangus praktek dan strategi licik para 'mafia' yang memiliki 'otoritas' dalam mengendalikan situasi pasar dan harga. Kalau tidak petani dan rakyat juga yang harus menelan pil pahitnya.

Subsidi pertanian dan pengontrolan jalur distribusi harus mendapat prioritas pemerintah jika bertekad untuk menekan kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat. Jika harga kebutuhan pangan terkendali maka inflasi lebih wajar dan upah minimum kota yang setiap tahun selalu diwarnai aksi mogok dan demonstrasi dapat ditekan.

Sebenarnya pemerintah sendiri telah menyusun upaya untuk mengendalikan harga-harga barang sebagaimana kami kutip dari Tempointeraktif.com berikut ini.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan sembilan upaya yang dilansir pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga pangan belakangan ini. 

"Pertama, operasi untuk mengendalikan harga komoditas tertentu harus kita lakukan," ujarnya saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (6/1). 

Kedua, adanya kebijakan fiskal khusus untuk ekspor dan impor pangan. 

Ketiga, memastikan pasokan pangan di dalam negeri bisa memenuhi permintaan nasional.  

Keempat, cadangan atau stok yang ada di tangan pemerintah tak boleh hanya cukup, tapi harus kuat. "Kalau stok kuat, maka spekulasi bisa kita cegah dan tangkal," kata Yudhoyono. 

Kelima, produktivitas dalam negeri harus ditingkatkan dengan menyiapkan bibit yang cocok untuk perubahan iklim.  

Keenam, ketahanan pangan lokal dan keluarga perlu terus didorong. "Kreativitas rumah tangga untuk menanam sayur dalam pot itu luar biasa, di kampung dari tingkat RT sampai RW," tuturnya. 

Ketujuh, pemerintah juga mencegah penyelundupan pangan. 

Kedelapan, prediksi pangan dimintanya harus akurat. "Jangan overoptimistic sehingga keliru, sehingga bisa kurang untuk supply and demand," ucapnya. 

Terakhir, perlu ada kebijakan dan regulasi baru untuk mengamankan lahan-lahan pertanian. Salah satunya adalah Peraturan Pemerintah Land Security yang baru diteken Presiden. "Supaya tidak terjadi pengalihan fungsi lahan yang terkendali," kata Presiden.

Kapankah drama kenaikan harga barang ini bisa dikendalikan?


Artikel Terkait Ekonomi Indonesia

0 comments:

Post a Comment