SOSOK PEMIMPIN YANG DIBUTUHKAN INDONESIA Pada akhir-akhir ini media Indonesia dipenuhi dengan prediksi-prediksi tentang elektabilitas beberapa calon presiden yang mungkin bertarung di tahun 2014 oleh lembaga-lembaga Survey Indonesia. Hampir semua survey menunjukkan bila Jokowi - sekiranya beliau ikut dalam ajang pilpres ini - menjadi kandidat paling diunggulkan di atas kandidat-kandidat lainnya.
Namun diluar dari figur Jokowi yang saat ini mendominasi media Indonesia, dengan melihat kandidat calon presiden berdasarkan aturan main yang telah digariskan KPU, terlihat bila Prabowo menempati posisi tertinggi elektabilitas untuk pertarungan nanti. Ada beberapa aspek yang terlihat publik sangat berharap banyak kepada Prabowo.
KINERJA SBY DI MATA PUBLIK
Hal yang paling pertama adalah publik melihat bila masa kepemimpinan SBY-Budiono sangat mengecewakan dimana banyak rakyat merasa bila kesejahteraan yang dijanjinkan belum tercapai. Belum lagi reaksi dari SBY yang meskipun berasal dari militer, terlihat lamban dan penuh keraguan. Dalam menyampaikan kebijakan-kebijakannya, SBY juga terkesan lebih banyak melemparkan wacana saja dibanding action. Contoh yang paling menonjol adalah slogan "Katakan tidak pada korupsi", yang ternyata justru dari partai sang presiden lah yang paling banyak terjerat dalam kasus korupsi. Hal ini tentunya menjadi ironi dan kontradiksi dengan slogan yang mereka usung.
Dengan adanya gelombang yang dahsyat menerpa biduk yang membawanya ke kursi kepresidenan, yaitu Partai Demokrat, publik melihat bila SBY ternyata mencurahkan sebagian dari tenaganya untuk menyelamatkan partainya. Alih-alih berusaha untuk all out mencurahkan daya dan upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kronis bangsa, ternyata SBY terkesan mementingan golongan dibanding bangsa.
Isu miring lainnya yang menerpa beliau adalah banyaknya anggota keluarganya yang ikut mengail keuntungan di saat SBY memegang tampuk kepemimpinan negeri ini. Hal ini terlihat dengan jelas dimana 15 kerabat keluarga SBY ikut menjadi calon legislatif dari Partai Demokrat. Sungguh ironis mengingat dari ratusan juta warga Indonesia yang ada ternyata hanya kerabat dari SBY lah yang menjadi orang-orang pilihan mewakili rakyat. Apa memang tidak ada pilihan lain dari ratusan juta warga Indonesia yang ada? Sebuah pertanyaan yang cukup menusuk tentunya.
Diluar daripada itu, adapula sindiran dari masyarakat tentang betapa banyaknya sang Presiden yang pandai menyanyi ini menyampaikan keluhannya dan mengomentari atas segala hal yang terjadi dengan "prihatin" saja. Sehingga tidak aneh bila di kolom-kolom media masa dan forum-forum di Indonesia, jargon "saya prihatin" menjadi sebuah padanan kata yang sering disampaikan untuk mengungkapkan rasa kepeduliaan tapi pasrah dan terkesan masa bodoh.
Dengan semua fakta di atas, publik akhirnya merindukan sosok lain yang bisa menjadi antitesa atas segala hal yang dilakukan oleh sang presiden. Tegas, keras, cepat, agresif yang biasanya dimiliki oleh tokoh militer sebenarnya. Dan itulah sebabnya Prabowo mendapatkan elektabilitas yang tinggi dibanding kandidat yang lain.
SOSOK SOEHARTO MASIH DIRINDUKAN?
Meskipun demikian, ada satu hal lagi yang ternyata lebih menggelitik dibanding hal yang telah tersebut diatas. Dalam perjalanan reformasi yang telah berjalan belasan tahun, ternyata rakyat di kalangan bawah - yang tidak bisa mengakses informasi dengan sepenuhnya - merasakan bila zaman reformasi yang dijanjikan akan lebih baik dibanding masa orde baru di jaman pak Harto, ternyata lebih memberatkan dan menyusahkan.
Ketika penulis mengunjungi beberapa daerah di pelosok, salah satunya Sukabumi misalnya, rakyat tidak peduli dengan kebebasan berpendapat atau pun intrik politik yang terjadi di atas. Yang mereka pedulikan adalah kebutuhan terjamin, harga terjangkau dan mereka bisa hidup dengan tenang! Sangat sederhana dan simple saja.
Ketika reformasi berjalan, rakyat disuguhkan oleh drama-drama politik yang mencekam di setiap masa kepresidenan. Namun yang rakyat rasakan saat ini adalah kenyataan bahwa jaman reformasi tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Barang-barang tak terjangkau, kebutuhan pokok sulit dipenuhi bahkan Indonesia yang dulu menjadi negara yang berswasembada pangan harus import beberapa kebutuhan pokok dari luar negeri. Korupsi semakin meraja lela, keamanan juga tidak terjamin dimana preman-preman atas nama ormas kemasyarakatan bisa bebas berkeliaran dimana-mana. Teroris juga merebak tanpa terdeksi, lain ketika jaman Soeharto dimana ada warga diluar daerah datang melakukan kelakuan yang aneh saja tanpa tunggu lama akan langsung didatangi oleh koramil setempat. Belum lagi masalah kedaulatan negara yang terlihat diinjak-injak oleh negara lain dan Indonesia seperti harimau ompong tak bertaring.
Hampir semua lini di Indonesia saat ini seperti kehilangan nilai dan pegangan. Konflik antara elit politik, konflik antar warga atau bahkan konflik antar institusi juga sering kita saksikan dan rakyat hanya bisa "prihatin" atas kejadian yang ada. Memang kebebasan berbicara dan berpendapat lebih luas di jaman ini, namun bagi rakyat di kalangan bawah, tetap saja kebutuhan untuk bisa sekedar hidup itu lebih penting.
Dengan segala fakta yang ada, akhirnya rakyat kembali merindukan sosok kepemimpinan Soeharto, terlepas dari mereka mengetahui atau tidaknya bila kepemimpinan Soeharto telah mewariskan Rp. 1.300 triliun hutang kepada anak cucunya dan menyebabkan APBN kita menyisihkan sekitar Rp. 200 triliun untuk membayar hutang. Namun sudah menjadi bukti bila dijaman pak Harto yang dijuluki "The smiling general", tidak ada negara yang berani untuk macam-macam dengan Indonesia dan jangan ditanya bagaimana keadaan para Petani dan Nelayan yang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.
Maka, jangan heran bila Prabowo dimana rakyat hanya tahu bila beliau adalah keluarga dari Soeharto, berharap banyak akan membawa angin perubahan di negeri ini. Prabowo pun bukan orang bodoh, dia tahu akan hal ini sehingga jauh-jauh hari dia bergerilya untuk meraih simpati para petani dan nelayan juga dengan terus menunjukan sifatnya yang tegas dan tetap. Sehingga tanpa disadari, rakyat merindukan kembali sosok Soeharto yang terpancar dari Prabowo.
Perhelatan pilpres semakin dekat, lembaga survey berlomba-lomba menunjukkan kekinian dalam surveynya. Namun yang jelas tidak ada yang pasti di dunia politik. Apakah reformasi ini telah gagal? Tentu jawabnya relatif. Banyak hal yang positif juga telah dicapai di jaman ini, namun fakta memang secara ekonomi dan integritas Indonesia semakin terpuruk. Apakah Indonesia akan bangkit kembali? atau terus terpuruk? Mari kita terus saksikan saja drama politik Indonesia karena selama anda dan kita masih hidup, drama politik ini akan terus kita saksikan sepanjang masa.(nm)
Referensi:
http://www.komisikepolisianindonesia.com
http://www.metrotvnews.com
http://politik.news.viva.co.id/
http://www.suaramerdeka.com/
http://forum.detik.com/
0 comments:
Post a Comment