INI PENYEBAB POLITISI KORUPSI. Sudah bukan hal yang aneh lagi jika politisi korupsi, setidaknya itulah yang ada di benak masyarakat saat ini. Benih-benih korupsi itu bisa jadi sudah ada dari sejak poitisi itu melangkahkan kakinya di dunia politik atau bahkan jauh sebelum itu. Mengapa demikian? Mari kita simak bersama ulasan berikut ini.
1. Dari sejak awal seorang politisi memulai karirnya di dunia politik sudah dihadapkan sebuah sistem yang mendorongnya untuk melakukan korupsi. Hal itu bisa dilihat ketika mereka masuk ke sebuah partai. Mereka sudah harus 'membeli kavling'. Barulah mereka mendapat dukungan anggota partai lainnya.
2. Kemudian dilanjutkan dengan berkampanye. Mereka harus mengeluarkan modal untuk promosi di berbagai media agar bisa dikenal luas oleh masyarakat. Tak kenal maka tak sayang, begitulah kata pepatah. Tak kenal maka tak dipilih.
3. Untuk mengawal suaranya pada saat pemilu, maka supaya tidak sampai terjadi kecurangan dalam proses penghitungan maupun pencatatan maka mereka harus mengeluarkan biaya saksi untuk mengawal proses tersebut
4. Ketika mereka telah duduk dikursi DPR atau lembaga negara lainnya, maka mereka diwajibkan untuk membantu partai yang telah menjadi kendaraannya saat pemilu. 'There is no such free lunch' begitulah istilahnya.
5. Anggota DPR memiliki kewenangan yang cukup besar dalam ikut mengatur Anggaran Belanja Pemerintah sementara kesempatan yang ada dihadapan mereka cukup banyak. Hingga tak heran mereka selalu memutar otak bagaimana bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengembalikan modal yang sudah mereka kelaurkan dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk persiapan ketika tidak menjadi politisi. Pikiran alamioah setiap manusia.
6. Hukuman bagi koruptor tergolong ringan, rata-rata dibawah 5 tahun. Bahkan lebih berat dari hukuman seorang pelaku aksi kekerasan didepan umum. Semakin banyak uang yang dikorupsi justru semakin cepat bebasnya. Untuk mengumpulkan harta bermilyar-milyar hanya beberapa tahun saja kurang dari 2-3 tahun, bayangkan jika harus mengumpulkannya dengan bekerja. Mungkin butuh seumur hidupnya
Namun korupsi bukanlah tindakan terpuji. Antara pahlawan dan pembelot sebetulnya hanya. berbeda setipis kertas saja di medan peperangan. Memang, hati nuranilah yang berbicara, tapi sistem haruslah mendukung untuk mencegah terjadinya korupsi sehingga merugikan negara. Sementara pers dan masyarakat membantu mendukung gerakan anti korupsi. Termasuk membebaskan lembaga hukum seperti KPK, MK, Pengadilan Negeri, dan lain-lain dari tindak korupsi. Sebagai sapu, untuk membersihkan lantai, maka sapulah haruslah bersih.
0 comments:
Post a Comment