Thursday 17 July 2014

PENYEBAB TENSI POLITIK PADA PILPRES 2014 TERTINGGI DALAM SEJARAH

Pemenang+Pilpres+2014


Tensi politik menjelang dan pasca pilpres 2014 yang berlangsung 9 Juli 2014 sangat tinggi. Tingginya tensi politik ini melibatkan sentimen tidak hanya dikalangan elit politik namun juga di kalangan rakyat akar rumput. Dampak positifnya adalah tingkat partisipasi rakyat yang semakin meningkat dibanding dengan pemilu pada periode-periode sebelumnya. Pilpres 2014 benar-benar telah membuat rakyat melek politik. Pasalnya dalam pilpres tahun ini banyak terjadi pergulatan politik dimana hanya ada dua pasangan capres cawapres.

HANYA ADA DUA PASANG CAPRES DAN CAWAPRES

Prabowo Subianto berpasangan dengan Hatta Rajasa dengan nomor urut satu dan terkenal dengan salam satu jari dengan mengacungkan telunjuk.  Di lain kubu, Joko Widodo yang merupakan Gubernur DKI nonaktif berpasangan dengan Jusuf Kalla mantan Wakil Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2009 dengan nomor urut 2 dan terkenal dengan salam 2 jari yaitu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah.

Pasangan Jokowi-JK didukung oleh partai pemenang pileg 2014 yaitu PDIP yang kemudian berkoalisi dengan PKB, Hanura, Nasdem dan PKPI yang keseluruhan total suara di DPR hanya sekitar 40%. Sedangkan pasangan Prabowo-Hatta didukung oleh Partai Gerinda, PKS, PPP, Golkar, PAN, PBB dengan total perolehan suara di pileg 2014 berkisar 60%. Belakangan, meskipun Partai Demokrat secara resmi bersikap netral namun ketua harian mengatakan mendukung Capres Prabowo Hatta.

Partai Golkar sebetulnya merupakan partai kedua yang memperoleh suara terbanyak di pileg 2014 setelah PDIP. Namun ternyata capres dari Golkar yaitu Abu Rizal Bakri (ARB atau akrab dipanggil Ical) tak mendapat repson dari rakyat sehingga gagal untuk men-capres dan malah memilih berkoalisi dengan Prabowo Hatta.

Di DPR periode 2014-2019, komposisi Koalisi Merah Putih, jika tak berubah, terdiri dari Gerindra (73 kursi), Golkar (91), Partai Demokrat (61), PAN (49), PKS (40), dan PPP (39). Total kursi koalisi ini berjumlah 353 kursi, atau 63 persen kursi DPR.

Sedangkan koalisi pro Jokowi, yang selama ini dikenal tanpa syarat, terdiri dari PDIP (109 kursi), PKB (47), NasDem (35), dan Hanura (16). Total kursi koalisi ini berjumlah 207, atau 37 persen kursi DPR.

Berikut hasil perolehan suara partai politik pada pemilihan legislatif (pileg) 2014

Partai Nasdem 8.402.812     6,72 persen

PKB                11.298.957    9,04 persen

PKS                8.480.204     6,79 persen

PDI Perjuangan 23.681.471  18,95 persen

Golkar             18.432.312   14,75 persen

Gerindra          14.760.371   11,81 persen

Demokrat        12.728.913   10,19 persen

PAN                  9.481.621   7,57 persen

PPP                  8.157.488   6,53 persen

Hanura             6.579.498   5,26 persen

PBB                  1.825.750   1,46 persen

PKPI                 1.143.094   0,91 persen


PERBEDAAN PRINSIP KOALISI

Kubu Prabowo Hatta cukup penuh dengan elit politik dari berbagai partai yang memang juga lebih dominan dari segi jumlah kursi di DPR sehingga kubu ini kerap disebut Koalisi Elit Politik dan mereka menyebutnya Koalisi Merah Putih.

Sedangkan di kubu Jokowi JK yang diawal sudah memberikan persyaratan bagi partai yang ingin berkoalisi dengan PDIP harus tanpa syarat. Sehingga dengan demikian tidak ada politik transaksional di pemerintahan seperti berkoalisi dengan maksud agar mendapat jatah kursi menteri.di kabinet Jokowi JK. Oleh karenanya hal ini tidak menarik banyak minat partai politik yang umumnya mencari celah dan peluang untuk meraih kekuasaan baik di DPR maupun di pemerintahan.

Koalisi tanpa syarat ini merupakan satu terobosan yang dilakukan Jokowi JK dimana selama ini koalisi kerap dilakukan atas dasar adanya kepentingan politik dari partai pendukung sehingga politik transaksional tak dapat terelakkan. Hal ini ternyata sangat tidak menarik bagi elit partai namun sangat menarik bagi rakyat. Dengan demikian rakyat memiliki harapan kabinet dapat bekerja secara profesional, objektif dan secara penuh fokus untuk memikirkan kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Itulah kemudian koalisi lebih dikenal dengan koalisi rakyat. Banyak relawan yang melakukan kampanye di pelosok tanah air. Bahkan dalam konser 2 jari yang dilangsungkan di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 5 Juli 2014, terlihat bahwa GBK berhasil dipadati oleh pendukung Jokowi-JK dimana konser tersebut asli digerakkan oleh para relawan tanpa pamrih terhadap biaya yang telah dikeluarkan.


KAMPANYE HITAM

Dalam masa kampanye jelas terlihat tim sukses (timses) kedua kubu berjuang untuk meraih dukungan dan simpati rakyat. Namun sangat disayangkan bahwa dalam perebutan simpati rakyat itu telah diwarnai aksi-aksi yang tidak terpuji seperti yang paling marak, kampanye hitam.

Kampanye hitam kerap dilancarkan oleh timses dan pendukung capres dan cawapres untuk menjatuhkan lawan politiknya. Dampak kampanye hitam ini jelas sangat merugikan dan sempat menurunkan elektabilitas capres dan cawapres. 

LITERASI INFORMASI

Masyarakat dituntut melek politik dan jeli di dalam mencermati situasi politik yang berkembang termasuk jeli dalam mencerna dan menyaring informasi yang valid dari info yang diperolehnya yang tersebar baik melalui media maupun informasi informal di masyarakat.

Informasi yang disebar melalu media sosial tampil sangat menawan dan meyakinkan kepada publik khususnya pengguna media sosial seperti facebook, twitter, situs berita online, bbm, whatsapp, dan lain-lain.

Namun apabila rakyat kembali kepada hati nurani dan rajin untuk mengkroscek informasi tersebut maka bisa terhindar dari konsumsi informasi yang tidak valid atau bahkan terhindar dari ikut menyebarkan informasi yang tidak benar ke media sosial.

PERAN MEDIA

Tingginya tensi politik pada pilpres kali ini tak terlepas dari peran serta media. Tak pelak lagi media pun ikut-ikutan terseret ke arus salah satu dari dua kutub politik. Pertarungan koalisi elit dengan koalisi rakyat betul-betul menyedot perhatian rakyat Indonesia sehingga mereka yang biasanya lebih apatis dan memilih golput namun kali ini tergerak untuk ikut berpartisipasi menggunakan hak suaranya pada pilpres 9 Juli 2014.

Media sebagai alat yang sangat efektif dalam kampanye capres ternyata telah sangat mempengaruhi pandangan politik rakyat. Namun karena sebagian media yang ada di Indonesia dimiliki oleh konglomerat yang juga ikut dalam kancah politik, maka media kerab digunakan diluar proporsinya dalam memberikan informasi yang faktual tentang materi kampanye pasangan capres cawapres.

Sebut saja media sosial dan online serta stasiun televisi swasta seperti TV One milik ARB, RCTI dan seluruh MNC TV yang tergabung dalam MNC Group milik Harry Tanoe berada di kubu Prabowo Hatta.  Sefangkan dikubu Jokowi-JK hanya ada Metro TV milik Surya Paloh Ketum Parta Nasdem.

Kampanye hitam yang mendera kubu Jokowi-JK cukup masif, seperti beredarnya Tabloid Obor Rakyat dan isu-isu SARA lainnya telah mendorong media merasa bertanggung jawab untuk memberikan dukungan kepada salah satu calon. Sebut saja Harian Ternama The Jakarta Post yang secara terbuka memberikan dukungannya kepada Jokowi JK yang mereka nilai perlu untuk memberikan dukungan. Media-media asing banyak pula yang mendukung kubu Jokowi JK. Tabloid Obor Rakyat memfitnah Jokowi disebar ke kalangan pesantren terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah dimana diyakini daerah ini merupakan daerah kantung suara pasangan Capres Jokow-JK.

HARAPAN PERUBAHAN

Harapan terhadap adanya perubahan di berbagai bidang telah menjadi motivasi yang paling mendasar terhadap peran serta rakyat dalam ikut berpartisipasi dalam pilpres 2014 ini. Kondisi saat ini dan keberhasilan menghadapi tantangan yang dihadapi Indonesia kedepannya sangat ditentukan pada pilpres periode ini.

Debat Capres dan Cawapres yang berlangsung hingga 5 kali disiarkan langsung di Stasiun Televisi secara Nasional memberikan rakyat informasi tentang visi misi, kompetensi dan prestasi masing-masing pasangan capres dan cawapres. Rakyat lebih dapat menilai pasangan mana yang dipandang dapat merealisasikan visi dan misinya dengan mudah dan sesuai dengan keinginan rakyat.

Demikian beberapa penyebab tingginya tensi politik pada pilpres 2014. Semoga memberikan informasi yang bermanfaat.

Sumber : berbagai sumber

Artikel Terkait Berita Politik Indonesia ,Obrolan Politik

1 comments:

Emang seru bgt pilpres 2014 :D
ampe sumpah2 kaya disini http://alienkomputer.com/blog/akibat-sesumbar-dimedia-sosial/

Post a Comment